SISTEM INOVASI NASIONAL
Oleh: Susalit Setyo Wibowo
Sistem Inovasi Nasional adalah suatu kerangka kerja berbasis pendekatan sistem dalam membangun kapasitas inovasi nasional. Berikut ini beberapa definisi Sistem Inovasi Nasional menurut ahli:
Definisi menurut Freeman (1987):
Sistem Inovasi Nasional adalah jaringan institusi di sektor publik dan swasta aktivitas dan interaksi yang dimulai, mengimpor, memodifikasi dan menyebarkan teknologi baru.
Definisi menurutLundvall (1992):
Gambar 1. Sistem Inovasi generik.
Sistem Inovasi Nasional adalah unsur dan hubungan yang berinteraksi dalam produksi, difusi dan penggunaan pengetahuan baru, dan bermanfaat secara ekonomis dan berada di dalam atau berakar di dalam batas-batas sebuah negara.Suatu sistem inovasi sebenarnya mencakup basis ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan, aktivitas penelitian dan pengembangan, dan rekayasa), basis produksi (meliputi aktivitas-aktivitas nilai tambah bagi pemenuhan kebutuhan bisnis dan non bisnis serta masyarakat umum), dan pemanfaatan dan difusinya dalam masyarakat serta proses pembelajaran yang berkembang. Sistem inovasi generik ditunjukan dalam Gambar 1.
Agar tujuan dan sasaran inovasi di Indonesia berhasil dengan baik, maka dibutuhkan suatu sistem yang menjadi platform, arahan, dan mesin penggerak inovasi Indonesia, yang selanjutnya disebut Sistem Inovasi Indonesia.
Sistem Inovasi Indonesia merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, kemitraan, hubungan interaksi dan proses produktif di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusi (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik) serta proses pembelajaran.
Konsep Sistem Inovasi Indonesia ini bertumpu pada sebuah premis yang memahami hubungan di antara para pelaku yang terlibat dalam inovasi yang merupakan kunci untuk meningkatkan kinerja teknologi. Inovasi dan kemajuan teknis adalah hasil dari serangkaian hubungan yang kompleks di antara para aktor yang memproduksi, mendistribusikan dan menerapkan berbagai macam pengetahuan. Kinerja inovatif Indonesia sangat tergantung pada bagaimana para aktor dalam inovasi di Indonesia ini berhubungan satu dengan lainnya dalam suatu sistem kolektif penciptaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.Aktor-aktor yang utama dalam suatu sistem inovasi Indonesia ini adalah perusahaan swasta, universitas dan lembaga penelitian publik dan orang-orang di dalamnya. Hubungan yang dilakukan diantara pelaku ini dapat berbentuk penelitian bersama(joint research), pertukaran personel, patent silang (crosspatenting), pembelian peralatan dan saluran kerjasama lainnya.
Analisis Sistem Inovasi Nasional mencakup beberapa pendekatan komplementer, yaitu:
1) Pendekatan pada tingkat mikro, berfokus pada kemampuan internal perusahaan dan pada hubungan di sekitar satu atau beberapa perusahaan, dan meneliti hubungan pengetahuan mereka dengan perusahaan lain dan institusi non-pasar dalam sistem inovasi, dengan maksud untuk mengidentifikasi hubungan yang tidak memuaskan dalam rantai nilai. Analisis semacam itu adalah paling relevan dengan perusahaan subjek dan biasanya dilakukan oleh perusahaan konsultan, namun juga dapat memperkaya kebijakan pemahaman pembuat keputusan saat temuannya terkait secara memadai dengan isu-isu yang lebih luas.
2) Pendekatan pada tingkat meso, yaitu meneliti hubungan pengetahuan antar perusahaan yang berinteraksi dengan karakteristik umum, menggunakan tiga pendekatan clustering utama, yaitu:
a. Clustering Sektoral. Sebuah cluster sektoral (atau industri) termasuk pemasok, lembaga penelitian dan pelatihan, pasar, transportasi, dan pemerintah khusus lembaga, keuangan atau asuransi yang diatur di sekitar basis pengetahuan umum.
b. Clustering Spasial.Merupakan analisis regional cluster menekankan faktor lokal di balik aglomerasi geografis yang sangat kompetitif dalam pengetahuan intensif kegiatan.
c. Clustering Fungsional. Analisis cluster fungsional menggunakan teknik statistik untuk mengidentifikasi kelompok perusahaan yang berbagikarakteristik tertentu (misalnya gaya inovasi umum atau jenis hubungan eksternal tertentu).
3) Pendekatan pada tingkat makro, yaitu menggunakan dua pendekatan:
a. Pendekatan makro-clustering. Pengelompokan makro-clustering melihat ekonomi sebagai jaringan kelompok sektoral yang saling terkait.
b. Pendekatan analisis fungsional aliran pengetahuan.Analisis fungsional melihat ekonomi sebagai jaringan institusi dan memetakan interaksi pengetahuan di antara dan di antara keduanya. Ini melibatkan pengukuran lima jenis aliran pengetahuan:
- interaksi antar perusahaan;
- interaksi antara perusahaan,
universitas dan lembaga penelitian publik, termasuk penelitian bersama,
co-patent, co-publikasi dan hubungan yang lebih informal;
- inovasi lain yang mendukung interaksi
kelembagaan, seperti pendanaan inovasi, pelatihan teknis, fasilitas penelitian
dan teknik, layanan pasar, dll;
- difusi teknologi, termasuk tingkat
adopsi industri untuk teknologi dan difusi baru mesin dan peralatan;
- mobilitas personil, dengan fokus pada pergerakan tenaga teknis di dalam dan antara sektor publik dan swasta.
CV Penulis: https://drive.google.com/file/d/1LwXWQDGS8xVbAtKpV3_XOrELy3KAWS99/view?usp=sharing
Google Sholar Penulis
Link: https://scholar.google.com/citations?hl=id&view_op=list_works&gmla=AJsN-F6F3vEvezSjLOHk002jLjmGv6v_l42xK6WWNnVjYGiX98SWMB5eTGXY7EBmjzYMxqmPIIAHtZl0lil5k6tpaMdFgqJRmExXDdaEIJXKvSc6vp8OMJs&user=sSHR7sMAAAAJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar