TINGKAT KESIAPAN SISTEM (SYSTEM READINESS LEVEL)
Susalit Setyo Wibowo
A. Technology Readiness Level (TRL) to System Readiness Level (SRL)
Kesiapan tidak selalu sesuai dengan kelayakan atau kematangan teknologi. Produk matang mungkin memiliki tingkat kesiapan yang lebih besar atau lebih kecil untuk digunakan dalam konteks sistem daripada produk lain yang kematangannya lebih rendah.
Technology Readiness Level (TRL) adalah metode yang berguna untuk pengukuran kesiapan teknologi, tetapi gagal memperhitungkan aspek negatif ketidak matangan teknologi yang mengantar menuju sistem (Lee, M.C, et.al., 2011).
TRL sebagai suatu metrik yang menentukan kematangan teknologi sebelum transisi menuju suatu sistem, sehingga TRL tidak sepenuhnya mengarah kepada integrasi sistem atau mengindikasikan teknologi akan menghasilkan pengembangan suatu sistem yang berhasil (Mandelbaum, 2007). Sauser, Verma, Ramirez, dan Gove (2006) dalam kajian menyatakan bahwa:
• TRL hanya mengukur suatu teknologi individu dan bukan kesiapan sistem;
• Tidak ada metode untuk mengintegrasikan TRL;
• Tidak ada indeks kesiapan sistem yang terbukti, teruji dan sistematis.
Dalam teori, pengembangan teknologi dan sistem mengikuti jalan evolusi (atau kematangan) yang serupa, dan teknologi masuk ke dalam sistem berdasarkan kematangannya, dan kemampuan mengintegrasikan kedalam sistem (Sauser, et.al., 2006). Model System Readiness Level (SRL) merupakan suatu fungsi dari tingkat kesiapan teknologi individu (TRL) dan kesiapan integrasi teknologi (IRL, Integration Readiness Level), lihat Gambar 1 (Sauser & Ramirez, 2009).
Gambar 1. SRL sebagai fungsi TRL & IRL
SRL adalah suatu indeks kematangan terapan pada konsep level sistem dengan tujuan menghubungkan indeks ini dengan prinsip-prinsip manajemen sistem kerekayasaan (Tetlay, M.A & John, P., 2009). SRL menggambarkan dan mendemonstrasikan sebagai suatu fungsi dan skala yang terpadu dengan skala TRL yang ada dan dengan skala integrasi. SRL menggunakan pendekatan sistem, tetapi masih tetap bersifat teknologi murni (Sauser, Verma, Ramirez, Gove, 2006).
Gambar 2. Integrasi teknologi individu.
B.Critical Technology Elements (CTEs)
Teknologi Kunci dapat didefinisikan sebagai teknologi yang memiliki potensi kuat untuk mempengaruhi daya saing dan kualitas hidup secara nasional. Teknologi kunci dapat dipahami sebagai elemen kritikal dari suatu teknologi, atau dalam beberapa referensi sebagai Critical Technology Elements (CTEs).
"Menurut Dr. Jay Mandelbaum (2007) bahwa suatu elemen teknologi dikatakan sebagai kritikal apabila sistem yang dikembangkan sangat bergantung pada elemen teknologi ini untuk memberikan persyaratan operasional dengan biaya dan jadwal yang wajar serta dengan biaya produksi dan operasi yang wajar dan bila elemen teknologi atau terapannya merupakan teknologi baru maupun pengembangan yang sebelumnya." |
Selanjutnya Critical Technology Elements (CTEs) ini sebagai teknologi individu yang akan diukur Tingkat Kesiapan Teknologi-nya atau TRL. Hal ini juga dinyatakan oleh Mankins (1995) bahwa TRL digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan sebuah teknologi individu.
Contoh Critical Technology Elements (CTEs) dalam sebuah sistem teknologi dapat dilihat dalam Tabel dibawah:
Tabel 1. Contoh CTE sebuah sistem teknologi.
NASA (National Aeronautics and Space Administration) dalam melakukan perekayasaan (engineering) selalu melakukan breakdown terhadap sistem teknologi sampai ke tier-5 (lihat Gambar 3). Cara ini sering dikenal sebagai Product Breakdown Structure (PBS), disamping Work Breakdown Structure (WBS) untuk pembagian paket pekerjaan didalam sistem organisasi perekayasaan.
Tabel 3. Contoh Product Breakdown Structure (PBS).
C. Pengukuran Tingkat Kesiapan Sistem (System Readiness Level, SRL)
Asesmen untuk pengukuran SRL dimulai dengan menetapkan TRL pada level komponen, dan dilanjutkan asesmen integrasi antar komponen yang saling berhubungan secara sub sistem maupun sistem. Jika telah diperoleh TRL masing-masing teknologi individu dan IRL untuk masing-masing teknologi individu yang saling berhubungan, maka dapat dilakukan perhitungan dengan formula berikut:
Dari perhitungan tersebut akan diperoleh angka, dimana angka ini yang menjadi dasar dalam penilaian fase akuisisi dari sistem teknologi yang dikembangkan (lihat Tabel 2).
Tabel 2. Fase akuisisi dari sistem teknologi yang dikembangkan
Referensi:
- Paparan SRL. Link: https://drive.google.com/file/d/1zW2di04CYz1_KpYtyiS_GIMY-5qnFnM3/view?usp=sharing
- From TRL to SRL: The Concept of Systems Readiness Levels. Link: https://drive.google.com/file/d/1LRKtca7nNCk6urUR3FE-sEGAMGNCw_L7/view?usp=sharing
- A Systems Approach to Expanding the Technology Readiness Level within Defense Acquisition. Link: https://drive.google.com/file/d/1F84QCCZC8NOxQ5_Af65pOyCcTRmEDqDz/view?usp=sharing
- A system maturity index for the systems engineering life cycle. Link: https://drive.google.com/file/d/1lQ-1CWanVWGKOuJpTDu8ezgbgdOxqu23/view?usp=sharing
- Defining an Integration Readiness Level for Defense Acquisition. Link:https://drive.google.com/file/d/1cNDY094ccocN13S_hgaUPQq8-jEX1ORu/view?usp=sharing
|
|
+62 812-9614-6386 +62 818-0913-4457 |
|
||
|
|
CV Penulis: https://drive.google.com/file/d/1LwXWQDGS8xVbAtKpV3_XOrELy3KAWS99/view?usp=sharing
Google Sholar Penulis
Link: https://scholar.google.com/citations?hl=id&view_op=list_works&gmla=AJsN-F6F3vEvezSjLOHk002jLjmGv6v_l42xK6WWNnVjYGiX98SWMB5eTGXY7EBmjzYMxqmPIIAHtZl0lil5k6tpaMdFgqJRmExXDdaEIJXKvSc6vp8OMJs&user=sSHR7sMAAAAJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar