Selasa, 22 Maret 2022

Karakteristik Dalam Pengembangan Teknologi (Technology Development)

KARAKTERISTIK  DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI (TECHNOLOGY DEVELOPMENT)

 Oleh: Susalit Setyo Wibowo

 

Pengantar

Adanya perkembangan tuntutan hidup manusia di dunia ini, serta interaksi antara manusia dengan alam, akan berdampak pada perkembangan teknologi. Karena sejatinya teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia,(Iskandar Ali Syahbana :1981).

Karena tuntutan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera maka manusia selalu berupaya untuk mengembangkan suatu cara, metode, maupun alat untuk memenuhi tuntutannya tersebut. Oleh karenanya di masyarakat berkembang pengetahuan berdasarkan ilmu pengetahuan (pengetahuan tacit) dan pengalaman praktek (pengetahuan eksplisit). Ilmu pengetahuan dan pengalaman/praktek/percobaan ini akan mewujudkan sebuah teknologi, dimana teknologi dapat berwujud maya (human embedded technology -tacit knowledge) dan dapat berwujud fisik (object & document embedded technology -explicit knowledge). Kemajuan dan pengembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan, karena kemajuan dan pengembangan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. 

 

Definisi Teknologi:

Pengertian teknologi menurut Gary J. Anglin (1991):

Teknologi merupakan penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistemkan untuk memecahkan masalah.

 

Pengertian teknologi menurut Manuel Castells (2000):

Teknologi merupakan suatu kumpulan alat, aturan dan juga prosedur yang merupakan penerapan dari sebuah pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya pengulangan.

 

Pengertian teknologi menurut Tarek Khalil (2000):

Teknologi merupakan semua pengetahuan, produk, proses, alat-alat, metode, dan sistem yang digunakan dalam penciptaan barang atau jasa.

 

Pengertian teknologi menurut Yoo Soo Hong (2001):

Teknologi merupakan pengetahuan yang digunakan untuk memproduksi barang dan atau jasa.

 

Kamus the Collins English Dictionary (Glasgow, 1991) membedakan teknologi menjadi tiga variasi yaitu (1) the application of practical or mechanical science to industry or commerce; (2) the methods, theory and practices governing such application: a highly developed technology dan (3) the total knowledge and skill available to any human society for industry, art, science, etc.

Secara umum pengertian teknologi dapat dibedakan menjadi dua variasi yaitu definisi secara sempit dan definisi secara luas (Meyer, JS, 2005). Secara sempit, teknologi diartikan sebagai pengetahuan yang diperlukan untuk mengembangkan dan menerapkan metode-metode teknik. Dalam pengertian ini teknologi muncul dalam bentuk melekat di mesin dan pabrik maupun dalam bentuk tidak melekat dalam blueprint dan manual.

Definisi teknologi secara umum berisi tiga komponen (element of technology) dan obyek teknologi (objects of techology). Tiga komponen teknologi terdiri dari:

  • Perangkat keras (technical hardware), yaitu konfigurasi spesifik dari mesin dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan barang atau menyediakan jasa 
  • pengetahuan (know-how) yaitu pengalaman, ketrampilan, perilaku, pendidikan dan pelatihan, pengetahuan tacit
  • organisasi (organization) yaitu teknik managerial yang digunakan untuk   mengkaitkan perangkat keras (hardware) dan pengetahuan (know-how).

Pengembangan teknologi (technology development) merupakan seluruh rangkaian proses penemuan (invention), inovasi (innovation), dan difusi (diffusion) teknologi. Kemajuan teknologi merupakan kekuatan pendorong dalam pembangunan untuk kepentingan manusia di dunia ini. Era digital yang terjadi saat ini merupakan dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT, Information and Communication Technologies). Sebuah skema proses Pengembangan Teknologi (Technology Development)  dapat dilihat dalam Gambar 1



 Gambar 1.
Proses Pengembangan Teknologi (Technology Development).


Dalam bahasan kali ini difokuskan pada tahapan dan karakteristik yang harus kita pahami dalam sebuah Pengembangan Teknologi (Technology Development). Pemahaman ini menjadi sangat penting bagi para pelaku maupun manajemen atas dari sebuah lembaga penelitian maupun perguruan tinggi. Penjelasan  tahapan dan karakteristik Pengembangan Teknologi (Technology Development) dapat ditelaah dalam tulisan di sub bab dibawah ini.

 

Tahapan dan Karakteristik Dalam Pengembangan Teknologi (Technology Development)

Tahap pengembangan teknologi (technology development) merupakan tahap yang bertujuan untuk mewujudkan ide inovatif menjadi purwarupa (prototype) melalui aktivitas penelitian dan pengembangan.

Pada umumnya keberhasilan suatu proses inovasi ditentukan oleh keberhasilan  pada tahap penelitian dan pengembangan. Tahap penelitian dan pengembangan merupakan jalan panjang dan terjal yang harus dilalui oleh para peneliti dan perekayasa untuk mendapatkan produk hasil penelitian dan pengembangan yang diharapkan dapat diterima oleh pasar dengan baik (lihat Gambar 2 dan Gambar 3).

 

Gambar 2. Jalan mewujudkan ide inovatif menjadi produk inovasi.

 

Gambar 3. Valley of death.

 

Gambar 4.Korelasi pengembangan teknologi dengan TRL.

 

Dalam wewujudkan ide inovatif menjadi purwarupa (prototype)yang komersial umumnya melalui 3 (tiga) jurang kematian (valley of death), yaitu:

1)  Sungai iblis (devil’s river).Tahap untuk membuktikan bahwa ide inovatif memenuhi kelayakan ilmiah (scientific feasibility) melalui aktivitas penelitian menjadi penentu apakah ide inovatif layak atau tidak menuju fase pengembangan. Apabila ide inovatif tidak layak secara ilmiah, maka akan jatuh ke dalam “sungai iblis” ini yang berarti gagal menuju pengembangan teknologi. Kelayakan ilmiah (scientific feasibility) suatu ide inovatif setara dengan TRL 3 (lihat Gambar 4).

2)  Lembah Kematian (valley of Death). Apabila  ide inovatif memenuhi kelayakan ilmiah (scientific feasibility), maka dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan. Pada tahap pengembangan ini membuktikan kelayakan teknis (engineering feasibility) suatu teknologi melalui pengujian dan validasi komponen hingga purwarupa (prototype). Apabila tidak berhasil lolos pengujian dan validasi, maka akan jatuh pada lembah kematian (valley of death) yang berarti tidak layak secara teknis untuk dimanfaatkan oleh pengguna akhir. Apabila dipaksakan maka ada risiko teknis yang ditanggung oleh pengguna akhir. Kelayakan teknis (engineering feasibility) sebuah purwarupa (prototype) setara dengan TRL 6 (lihat Gambar 4).

3)  Laut Darwin (Darwinian Sea). Apabila lolos dari lembah kematian (valley of death), maka produk hasil R&D ini harus melalui tahap transisi dari invensi menuju inovasi. Tahap transisi ini merupakan perjuangan untuk mewujudkan invensi menjadi inovasi, maka pada tahap ini dibutuhkan inkubasi bisnis dari lembaga inkubator bisnis. Apabila mampu lolos dari Darwinian Sea, artinya layak secara ekonomi (economic feasibility), yang setara dengan TRL 9 (lihat Gambar 4). Namun demikian, tahap ini merupakan awal menuju kompetisi di pasar, masih membutuhkan bukti secara bisnis memiliki keberlanjutan.

 

Gambar 5. Karakteristik permasalahan pada pengembangan teknologi di TRL 5 s/d TRL9.

 

Karakteristik permasalahan pada pengembangan teknologi di TRL 5 s/d TRL9 dapat dilihat dalam Gambar 5, dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Pada TRL 5/6 s/d 6/7 permasalahan utamanya pada teknologi, kemudian secara berurutan adalah permasalahan manufaktur, marketing & strategy, dan investment & organisasi.

2)  Pada TRL 7 s/d TRL 7/8 permasalahan utamanya pada manufaktur, selanjutan secara berurutan teknologi, marketing & strategy, dan investment & organisasi.

3)  Pada TRL 8 s/d TRL 8/9 permasalahan utama bergeser pada marketing & strategy, selanjutan secara berurutan manufaktur, teknologi, dan investment & organisasi.

 

Gambar 6. Karakteristik kompleksitas, risiko, dan biaya pada pengembangan teknologi.

 

Jika dilihat dari karakteristik kompleksitas, risiko, dan biaya dalam pengembangan teknologi ditunjukkan dalam Gambar 6. Penjelasan karakteristik kompleksitas, risiko, dan biaya dalam pengembangan teknologi sebagai berikut:

1)  Setelah TRL 4, maka kebutuhan biaya meningkat dalam rangka memperoleh prototype (purwarupa) industri. Sehingga jika manajemen atas sebuah lembaga penelitian dan pengembangan yang melakukan keputusan pengurangan anggaran dengan melihat TRL sudah melewati TRL 4, maka keputusan ini menunjukkan bahwa manajemen atas yang bersangkutan tidak memahami karakteristik dalam pengembangan sebuah teknologi.

2)  Setelah TRL 5, kompleksitas dalam pengembangan teknologi meningkat, karena tidak hanya permasalahan teknologi saja yang dihadapi, tetapi juga permasalahan lain seperti manufaktur, marketing & strategi, investasi & organisasi. Pada kondisi ini pengembangan teknologi tidak lagi hanya fokus pada aspek teknologi saja, tetapi harus sudah memperhatikan aspek-aspek lain yang menjadi variabel keberhasilan produk teknologi yang dikembangkan untuk diterima pasar secara luas. Oleh karena itu, dalam sebuah inovasi produk minimal harus mencakup beberapa inovasi, yaitu: 

    • Functional Innovation, yaitu inovasi yang dilakukan dengan pendekatan terpadu untuk ide kreatif dan pemecahan masalah yang menggabungkan aspek dari beberapa ide dan teknik pemecahan masalah. Inovasi fungsional mencakup Product integrity, ergonomic, user interface, dan lainnya.
    • Emotional Innovation, yaitu inovasi yang mengupayakan tumbuhnya keberterimaan produk inovasi di pasar. Inovasi emosional mencakup Brand identity, relationship, dan promotion.
    •  Process Innovation, yaitu inovasi yang mencakup perubahan peralatan dan teknologi yang digunakan dalam manufaktur (termasuk perangkat lunak yang digunakan dalam desain dan pengembangan produk), peningkatan alat, teknik, dan solusi perangkat lunak yang digunakan untuk membantu rantai pasokan dan sistem pengiriman, perubahan alat yang digunakan untuk menjual dan memelihara barang Anda, serta metode yang digunakan untuk akuntansi dan layanan pelanggan. Inovasi proses ini mencakup Productivity & Quality.

3) Setelah TRL 6, risiko meningkat karena tidak hanya risiko teknologi yang dihadapi, tetapi juga risiko bisnis, risiko produk, risiko proses, dan risiko proyek. Pada kondisi ini justru merupakan tahapan yang kritikal untuk keberhasilan pengembangan teknologi, jika terjadi kegagalan pada tahap ini maka yang terjadi adalah "mati sebelum berkembang", jatuh pada "lembah kematian". Telah banyak contoh produk hasil riset dan inovasi yang masuk ke "lembah kematian" seperti pesawat N-250, Windows Phone, Oculus Rift, Google Glass, Fire Phone, Apple Pippin, dan inovasi produk gagal lainnya.

Contoh kompleksitas, risiko, dan biaya dapat diperlihatkan dalam pengembangan obat-obatan, lihat Gambar 7. Untuk mendapatkan obat-obatan dibutuhkan waktu 9 s/d 17 tahun, dengan biaya kurang lebih USD 6000 s/d USD 1 juta, dan probabilitas keberhasilan sekitar 1 : 21.677.

 

Gambar 7. Contoh pengembangan obat-obatan di Jepang (sumber: Katayama, Kyushu University).

 

Gambar 8.Contoh tahapan pengembangan teknologi menuju industrialisasi.

 

Contoh tahapan pengembangan teknologi menuju industrialisasi dapat dilihat dalam Gambar 8. Berdasar gambar tersebut ditunjukkan bahwa pembiayaan akan semakin meningkat pada kondisi diatas TRL 4. Dengan demikian, pada pengembangan teknologi sampai dengan komersialisasi dibutuhkan pembiayaan yang tidak kecil.

 

Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengembangan

Pada umumnya introduksi produk baru hasil penelitian dan pengembangan gagal di pasar karena hal berikut:

1.   tidak memiliki keunggulan bersaing, gagal memuaskan kebutuhan konsumen, dan juga gagal membedakan diri secara signifikan dengan produk kompetitor.

2.   lemah di tahap awal pengembangan produk, akibatnya startup atau perusahaan tidak memiliki informasi yang memadai mengenai studi kelayakan pengembangan produk baru dan konsep produk baru yang unggul.

3.   kurang mendapat masukan dan wawasan dari konsumen, sebagai akibatnya produk baru yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

4.   spesifikasi produk tidak stabil dan lamban dalam penentuan definisi produk.Hal ini bisa disebabkan oleh tim proyek kurang memiliki informasi yang lengkap  di awal proses, sehingga sering terpengaruh oleh informasi baru.

5.   startup atau perusahaan tidak fokus, hal terjadi di antaranya karena perusahaan tidak memperhitungkan ketersediaan sumberdaya yang ada ketika memutuskan untuk menjalankan proyek, akibatnya kualitas produk baru menjadi buruk. 

6.   kurangnya kompetensi, keterampilan dan pengetahuan anggota tim R&D, sehingga menyulitkan pelaksanaan proyek pengembangan produk baru.

7.  tidak memiliki kemampuan finansial untuk transformasi ide menjadi invensi, invensi menjadi inovasi, serta inovasi yang diterima secara luas oleh pasar.

Alasan-alasan tersebut diatas kemungkinan menjadi penyebab tingkat keberhasilan transformasi invensi menjadi inovasi relatif kecil, seperti yang dinyatakan oleh Frank H. Maier (1998) dalam Gambar 9. Sebagai contoh, di USA, dari 100 ribu invensi terdapat 50 ribu patent yang gagal di pasar dan 25 ribu yang berhasil menjadi lisensi, dan dari 25 ribu lisensi hanya 250 yang sukses sebagai startup company.

 

Gambar 9. Tingkat keberhasilan invensi yang dihasilkan perguruan tinggi di pasar (Sumber: Frank H. Maier, 1998).

 

Kebanyakan invensi masih cenderung technology push, dan lemah dalam wawasan pasar. Kebanyakan invensi tidak jelas pasar yang dituju, serta tidak memahami kebutuhan pasarnya. Produk baru yang dilepas ke pasar tidak memiliki keunggulan bersaing, gagal memuaskan kebutuhan konsumen, dan juga gagal membedakan diri secara signifikan dengan produk kompetitor. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh CB Insights dalam The Top 20 Reasons Startups Fail (lihat Gambar 10).

 


 
Gambar 10. Duapuluh alasan mengapa startup gagal.

 

Berdasarkan pooling dari CB Insights diperoleh hasil bahwa startup gagal disebabkan oleh tidak ada kebutuhan pasar sebesar 42%. Hal ini disebabkan kurangnya riset pasar sebagai pendukung dalam pengembangan ide inovasi. Beberapa alasan lain yang berkaitan dengan riset pasar adalah kompetisi, masalah harga/biaya, produk yang buruk, butuh/kekuarang model bisnis, produk salah waktunya, pivot (perubahan strategi) menjadi buruk, dan penentuan lokasi yang buruk.Eric Ries mengatakan bahwa “if we do not know who the customer is, we do not know quality is”. Apa yang dikatakan oleh Eric Ries ini sesuai dengan hasil riset CB Insights, apabila tidak memahami apa yang dibutuhkan oleh calon pelanggan maka tingkat keberterimaannya juga akan menjadi relatif kecil.

 

 

Dengan beberapa fakta diatas maka ternyata sebuah produk inovasi harus diawali dengan ideasi yang benar. Pada umumnya ideasi yang digunakan di lingkungan komunitas startup (misal: airbnb, uber, dll) maupun perusahaan terkemuka (misal: apple, IBM, google, dll) menggunakan Design Thinking yang dipadukan dengan Bisnis Model Kanvas (Business Model Canvas).

Seperti yang telah dibahas dalam sub bab Design Thinking dalam blog ini, pada hakekatnya Design Thinking merupakan suatu inovasi dengan pendekatan berbasis desain yang membantu organisasi mengidentifikasi, mendefinisikan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pelanggannya dan pemangku kepentingan lainnya (lihat Gambar 11).

 

 
Gambar 11. Pendekatan design thinking.

 

Jika melihat Gambar 11, maka unsur manusia dalam inovasi menjadi sepenting unsur teknologi dan bisnis. Persentuhan unsur manusia dengan unsur teknologi akan memunculkan inovasi fungsional (functional innovation), misalnya transformasi mesin ketik menuju personal computer. Persentuhan unsur manusia dengan unsur bisnis akan memunculkan inovasi emosional (emotional innovation), misalnya munculnya brand Go Jek, Bukalapak, Tokopedia, dll. Persentuhan unsur bisnis dengan unsur teknologi akan memunculkan inovasi proses (process innovation), misalnya proses bisnis ojek online, proses bisnis pembayaran melalui fintech (financial technology), dll.

Oleh karenanya, keberhasilan komersialisasi sebuah produk inovasi haruslah merupakan kombinasi dari ketiga bentuk inovasi tersebut, yaitu inovasi fungsional (functional innovation), inovasi emosional (emotional innovation), dan inovasi proses (process innovation). Artinya dalam sebuah inovasi akan selalu akan membutuhkan ketiga inovasi tersebut, tidak hanya sekedar inovasi teknologi yang tidak memperhatikan unsur manusia yang menjadi pengguna akhirnya.

Menurut Kuczmarski (1992), sebelum tahap komersialisasi harus dilakukan market testing, yaitu pengujian kinerja produk, penerimaan konsumen dan pasar. Uji coba pasar (market test) untuk menentukan apakah produk baru ini akan berjalan dan perubahan apa yang diperlukan nantinya ketika produk akan diluncurkan. Melalui tahapan ini maka perusahaan akan mampu menyesuaikan target pasar, kemasan, harga, periklanan, dan dimana produknya harus ditempatkan. Tahap ini juga membutuhkan waktu dan biaya.

Tahap komersialisasi menurut Kuczmarski (1992) merupakan pengembangan rencana peluncuran dan komersialisasi produk baru. Penentuan waktu, koordinasi, perencanaan, dan komunikasi merupakan hal yang mempengaruhi kesuksesan peluncuran produk. Tahap ini merupakan tahapan di mana perusahaan harus memperkuat kemampuannya untuk memasarkan produk baru sehingga konsumen terbujuk untuk membeli. 

Penentuan target pelanggan sangat penting dilakukan diawal, kemudian dilakukan identifikasi kebutuhan pelanggan. Identifikasi kebutuhan pelanggan bertujuan untuk membangun dan memvalidasi pengetahuan tentang ruang masalah sebelum mulai merancang solusi melalui kegiatan riset dan inovasi. 

Disamping itu, aga produk inovasi yang diterima oleh pasar harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:  

a) UX (User Experiences), yaitu sebagai alat untuk memastikan kepuasan konsumen. User experience (UX) adalah proses pengalaman pengguna yang dilakukan saat interaksi dengan produk suatu aplikasi. UX sendiri sangat berhubungan dengan yang namanya UI (User Interface). Tujuan dari UX adalah untuk memberikan kemudahan bagi pengguna saat menggunakan berbagai fitur pada produk digital yang ada.

b)  Feature Set, yaitu membantu mengkomunikasikan visi produk anda kepada pelanggan. Feature Set merupakan sebuah taktikyang digunakan untuk mengurangi waktu pengembangan (khususnya pada saat impelemtasi) yang dapat terbuang sia-sia. Minimum feature set juga berperan untuk mempercepat waktu perilisan untuk sampai pada tangan customer visioner, atau yang biasa disebut sebagai Earlyvangelists. Kedua hal ini mendukung inti dari mengembangkan MVP (Market Value Proposition) itu sendiri, dimana kita membuat produk yang memiliki kegunaan utama yang tepat dan merilis produk lebih cepat, sehingga mendapat feedback lebih awal, dan belajar dari kesalahan lebih cepat

c)   Value Proposition, yaitu nilai manfaat produk atau layanan untuk memberikan alasan atau meringkas alasan mengapa konsumen harus membeli produk atau menggunakan pelayanan jasa. Value proposition atau nilai manfaat produk atau layanan merupakan acuan pada pernyataan bisnis atau pemasaran yang digunakan pelaku usaha untuk memberikan alasan atau meringkas alasan mengapa konsumen harus membeli produk atau menggunakan pelayanan jasa.

Agar produk hasil inovasi diterima pasar dengan baik, maka harus ada  kesesuaian antara produk dengan kebutuhan pasar, yaitu melalui uji produk kepada target pasar, atau dikenal sebagai  "Product - Market Fit". "Product-Market Fit" adalah upaya penyempurnaan produk dan model bisnis dalam peningkatan kecocokan atau loyalitas atau retensi pengguna terhadap produk, sebelum startup masuk tahap ekspansi pasar.

 

 

Gambar 12. Product - Market Fit. 

 

"Product-market fit" dapat digambarkan sebagai sebuah skenario di mana seorang konsumen melakukan pembelian, menggunakan, memberitahu orang lain tentang produk yang digunakan dalam jumlah yang cukup besar, sehingga perusahaan tersebut bisa tetap tumbuh dan mendapatkan benefit dari produk.

Adanya "product-market fit" ini dirasa cukup penting bagi perusahaan terutama startup, mengapa? Hal ini karena kita tidak akan tahu apakah produk yang digunakan tersebut bisa membantu mengatasi masalah yang diperlukan di pasar. Ketika kita tidak melakukan "product-market fit", maka kemungkinan kita akan tetap menjalankan atau melakukan penjualan produk tanpa tahu apakah produk atau layanan tersebut memang dibutuhkan atau tidak. Secara langsung hal ini sudah pasti bisa menyebabkan kerugian karena kita secara terus mengeluarkan uang namun tidak terlalu menghasilkan laba.

 

 Kebanyakan produk inovasi tidak didukung oleh model bisnis yang memadai. Perubahan model bisnis dituntut karena terjadinya perubahan dalam tren industri. Inovasi model bisnis merupakan inovasi  yang kompleks dan sulit diterapkan satu dan lain. Sulit karena ada banyak hal memerlukan perubahan menyeluruh yang bersinggungan dengan orang-orang di organisasi perusahaan maupun secara eksternal. 

 


 Gambar 13.
Faktor keberhasilan dalam bisnis.

 

John Vyge mengatakan: “Suatu produk adalah pusat dari suatu model bisnis, tetapi itu bukanlah bisnis itu sendiri. Ia tak dapat berhasil tanpa model bisnis yang hebat”. Dibutuhkan lebih banyak untuk memulai bisnis yang sukses daripada sekadar ide bagus untuk produk atau layanan baru. Sebagian besar model bisnis yang salah dapat menenggelamkan bahkan ide baru yang terbaik. Model bisnis terbukti menjadi salah satu faktor untuk keberhasilan sebuah bisnis rintisan maupun bisnis yang eksisting (lihat Gambar 13). Oleh karena itu, calon wirausahawan dan pemilik usaha kecil harus mempelajari bagaimana mengubah ide produk atau layanan mereka menjadi bisnis yang menguntungkan di dunia nyata.

 

 

Video Product-Market Fit:

 

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=cVpwZROAbd0

 

Referensi:


 



 

+62 812-9614-6386

+62 818-0913-4457


ygdn2021@gmail.com

aviessiena2000@yahoo.com

 

 

 

CV Penulis:  https://drive.google.com/file/d/1LwXWQDGS8xVbAtKpV3_XOrELy3KAWS99/view?usp=sharing

Google Sholar Penulis

Link: https://scholar.google.com/citations?hl=id&view_op=list_works&gmla=AJsN-F6F3vEvezSjLOHk002jLjmGv6v_l42xK6WWNnVjYGiX98SWMB5eTGXY7EBmjzYMxqmPIIAHtZl0lil5k6tpaMdFgqJRmExXDdaEIJXKvSc6vp8OMJs&user=sSHR7sMAAAAJ

 

Tidak ada komentar:

Tingkat Kesiapan Inovasi (KATSINOV)

  TINGKAT KESIAPAN INOVASI (KATSINOV) Oleh: Susalit Setyo Wibowo A.     Konsep KATSINOV Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapan Inovas...