Sabtu, 12 Maret 2022

Design Thinking

 DESIGN THINKING

Oleh: Susalit Setyo Wibowo


Sejak pertama kali diperkenalkan Stanford University pada tahun 2008, design thinking telah dipercaya banyak orang sebagai suatu metode berpikir baru, dianggap paling cepat menimbulkan reaksi yang bertanggungjawab. Selain itu, cocok untuk menghadapi tuntutan kehidupan moderen yang serba cepat dan sarat akan tuntutan perubahan. Sekarang, design thinking telah dipakai di seluruh dunia di berbagai bidang, khususnya dunia bisnis, dunia sosial maupun pendidikan untuk membuat inovasi dengan cepat dan menyenangkan.

Design thinking dapat diartikan sebagai sebuah metode pencarian inovasi berbasis pengguna atau pelanggan. Metodenya menggabungkan proses-proses sistematis yang berpusat pada manusia sebagai penggunanya, melalui proses terencana. Hasilnya perubahan perilaku dan kondisi yang sesuai dengan harapan.

 

 
Gambar 1. Design Thinking mengintegrasikan people, business, & technology.

 

Selain itu, design thinking digunakan untuk meningkatkan efisiensi sebuah produksi, kinerja institusi, usaha atau bisnis, kesehatan, mendorong terjadinya inovasi dalam alat dan sistem kerja dan lain sebagainya. Selanjutnya memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif dalam membangun kualitas manusia.

Dengan menggunakan design thinking berarti kita belajar tentang cara mengamati, memahami dan menggali informasi dari hal kecil yang tidak terlihat, membuat langkah-langkah, dan membuat keputusan pembagian tugas. Dengan harapan, bisa mencapai tujuan dan menyelesaikan tugas dengan meminimalkan resiko kegagalan, agar tujuan bersama dapat tercapai.

David Kelley (Founder IDEO & Stanford Design School) mengatakan “Make the human element as important as the technical & business elements”. Dalam melakukan inovasi IDEO memiliki tahapan inovasi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2. Tahapan inovasi yang dilakukan oleh IDEO ini terbukti telah membawa hasil inovasi-nya sukses di pasar.

 

Gambar 2. Langkah inovasi yang dilakukan IDEO.

 

Pada prinsipnya, tahapan inovasi yang dilaksanakan oleh IDEO menerapkan design thinking. Penerapan konsep design thinking ini membutuhkan suatu perubahan paradigma yang cukup radikal bagi seluruh manajemen dan staff di lingkungan IDEO, lihat Tabel 1.

 

Tabel 1. Paradigma penerapan design thinking

Paradigma Lama (Tradisional)

Paradigma Baru (Design Thinking)

1.     Apa jawaban yang tepat?

2.     Dapat diulang, proses terbukti

3.     Desain untuk

4.     Memikirkan pengetahuan

5.     Banyak bicara

6.     Memaksa masuk

7.     Data

8.     Peristiwa

9.     Bicara tentang fakta

10.   Individu

11.   Evolusioner

1.     Apa pertanyaan yang tepat?

2.     Intuitif, praktek responsif

3.     Desain dengan

4.     Membangun pengetahuan

5.     Banyak mendengar

6.     Jalan keluar

7.     Sejarah

8.     Pengalaman

9.     Bicara tentang rasa (emosional)

10.   Kolaboratif

11.   Revolusioner

Sumber: www.ideo.com


Dengan design thinking akan merubah paradigma dalam dalam melakukan inovasi, dimana unsur manusia dipertimbangkan sepenting unsur teknis dan bisnis. Dengan menerapkan konsep design thinking dalam proses inovasi terbukti akan meningkatkan keberterimaan produk inovasi di pasar.

Menurut Australian National University, design thinking adalah suatu inovasi dengan pendekatan berbasis desain yang membantu organisasi mengidentifikasi, mendefinisikan dan memecahkanpermasalahan yang dihadapi oleh pelanggannya dan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam pengertian yang paling sederhana, design thinking adalah proses menciptakan ide-ide baru dan inovatif yang dapat memecahkan masalah. Manfaat design thinking antara lain adalah: 1). membantu kita untuk selalu berinovasi; 2). membantu menciptakan differensiasi dari kompetitor; dan, 3). membantu meningkatkan kepuasan pelanggan.

Dalam prosesnya, ada lima langkah design thinking, yaitu empatize, define, ideate, prototype, dan test (lihat Gambar 3). Semua ini menjelaskan bahwa design thinking pada dasarnya mengedepankan human center approach yang mana proses berpikir berfokus pada manusianya sendiri.

 

Gambar 3. Langkah-langkah design thinking.

 

 Kelima langkah design thinking dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Empatize. Empatize adalah proses pertama dalam menciptakan ide bisnis. Dalam pengertian, dengan memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh target market kita (yaitu orang lain), kita dapat menciptakan produk yang benar-benar dibutuhkan oleh banyak orang. Ilustrasi proses empatize ditunjukkan dalam Gambar4.

 

 
Gambar 4. Ilustrasi proses empatize.

 

2) Define. Setelah mengerti permasalahan, keinginan, dan kegundahan target market, startup mulai mendefinisikan apa yang menjadi masalah utama dari hasil empatinya itu. Ilustrasi proses define ditunjukkan dalam Gambar 5.

 

Gambar 5. Ilustrasi proses define.

 

Gambar 6. Ilustrasi proses ideate.

 

3) Ideate. Ideasi umumnya dilakukan melalui brainstorming ide-ide untuk memberikan solusi terhadap masalah utama dari target market kita. Tidak penting solusi itu dapat dieksekusi atau tidak, fokus saja pada solusi-solusi yang dirasa menjawab masalah. Barulah, pada tahap selanjutnya, kita mengelompokkan solusi-solusi tersebut ke dalam tiga hal, yaitu feasible, viable, dan desirable.Ilustrasi proses ideate ditunjukkan dalam Gambar 6.

4)  Prototype. Apabila kita sudah menemukan solusi yang paling  feasible, viable, dan desirable, yang dilakukan berikutnya yaitu melakukan prototyping, mulai dari tahap sketch, wireframe, hingga dalam bentuk 3D mockup. Ilustrasi proses prototype ditunjukkan dalam Gambar 7.

 


Gambar 7. Ilustrasi proses prototype.

 

Prototyping adalah sebuah upaya membawa solusi ke dalam genggaman (penglihatan nyata). Caranya dengan membuat sketsa, baik dengan guratan tangan maupun bantuan komputer. Apapun metode yang dipilih, tujuan inti dari tahap ini adalah menciptakan rancangan solusi kasar untuk memutuskan apakah produk ini akan menjadi solusi dan bermanfaat untuk masalah ini.

Disarankan menggunakan pendekatan yang sederhana, cepat dan ekonomis saat melakukan prototiping. Melihat ke dalam konteksnya, sebuah prototipe kemudian dapat berubah menjadi produk beta atau produk seminimal mungkin (MVP = minimum viable product).

 5)  Test. Selanjutnya, buatlah produk/aplikasi berdasarkan proptotype yang dibuat. Setelah itu, tahapan terakhir adalah test, yang mana produk tersebut dicoba ke target market kita. Catat saran dan opini yang selama testingatau validasi berlanjut, dan perbaiki kesalahan yang ada sebelum produk/aplikasi itu benar-benar diluncurkan ke pasar. Dalam Gambar 8 memperlihatkan proses testingatau validasi.


 
Gambar 8. Ilustrasi proses validasi ide.


Pada tahap ini dilakukan pengujian prototipe terhadap pelanggan, sehingga bisa memantau respon apakah solusinya memuaskan mereka atau tidak. Kegunaannya adalah untuk memperoleh umpan balik yang lebih substantif daripada hanya dengan menggunakan pernyataan konsep saja. Prototipe dapat menunjukkan berbagai potensi masalah dalam desain produk dan memberikan kesempatan kepada pembuat untuk memperbaikinya, sebelum prototipe tersebut sampai ke tangan konsumen.

Tahap ini disebut juga usability testing yaitu bentuk dari analisis kelayakan produk untuk mengukur kemudahan penggunaan produk dan persepsi mengenai pengalaman menggunakan produk. Entrepreneur dengan anggaran terbatas dapat meminta bantuan teman atau kolega untuk menggunakan produk, kemudian memberikan evaluasi secara tertulis maupun secara lisan.

 

Sebagai pelengkap pemahaman tentang Design Thinking anda bisa melihat video berikut:

Sources: CIAS QuickFix with Dr. Indrawan Nugroho (https://www.youtube.com/watch?v=Vv26k2z5No8)


Referensi:

Tidak ada komentar:

Tingkat Kesiapan Inovasi (KATSINOV)

  TINGKAT KESIAPAN INOVASI (KATSINOV) Oleh: Susalit Setyo Wibowo A.     Konsep KATSINOV Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapan Inovas...