KARAKTERISTIK DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI (TECHNOLOGY DEVELOPMENT)
Oleh: Susalit Setyo Wibowo
Pengantar
Adanya perkembangan tuntutan hidup manusia di dunia ini, serta interaksi antara manusia dengan alam, akan berdampak pada perkembangan teknologi. Karena sejatinya teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan
memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca
indera, dan otak manusia,(Iskandar Ali Syahbana :1981).
Karena tuntutan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih
sejahtera maka manusia selalu berupaya untuk mengembangkan suatu cara, metode, maupun alat untuk memenuhi tuntutannya tersebut. Oleh karenanya di masyarakat berkembang pengetahuan berdasarkan
ilmu pengetahuan (pengetahuan tacit)
dan pengalaman praktek (pengetahuan
eksplisit). Ilmu pengetahuan dan pengalaman/praktek/percobaan ini akan mewujudkan sebuah teknologi, dimana teknologi dapat berwujud maya (human embedded technology -tacit knowledge) dan dapat berwujud fisik (object & document embedded technology -explicit knowledge). Kemajuan dan pengembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita
hindari dalam kehidupan, karena kemajuan dan pengembangan teknologi akan
berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Definisi Teknologi:
|
Pengertian teknologi menurut Gary J. Anglin (1991):
Teknologi
merupakan penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara
bersistem dan menyistemkan untuk memecahkan masalah.
Pengertian teknologi menurut Manuel Castells (2000):
Teknologi
merupakan suatu kumpulan
alat, aturan dan juga prosedur yang merupakan penerapan dari sebuah
pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya
pengulangan.
Pengertian teknologi menurut Tarek Khalil (2000):
Teknologi
merupakan semua
pengetahuan, produk, proses, alat-alat, metode, dan sistem yang digunakan
dalam penciptaan barang atau jasa.
Pengertian teknologi menurut Yoo Soo Hong (2001):
Teknologi merupakan pengetahuan yang
digunakan untuk memproduksi barang dan atau jasa.
|
Kamus the Collins English
Dictionary (Glasgow, 1991) membedakan teknologi menjadi tiga variasi yaitu
(1) the application of practical or mechanical science to industry or
commerce; (2) the methods, theory and practices governing such
application: a highly developed technology dan (3) the total knowledge
and skill available to any human society for industry, art, science, etc.
Secara umum pengertian
teknologi dapat dibedakan menjadi dua variasi yaitu definisi secara sempit dan
definisi secara luas (Meyer, JS, 2005). Secara sempit, teknologi diartikan
sebagai pengetahuan yang diperlukan untuk mengembangkan dan menerapkan
metode-metode teknik. Dalam pengertian ini teknologi muncul dalam bentuk
melekat di mesin dan pabrik maupun dalam bentuk tidak melekat dalam blueprint
dan manual.
Definisi teknologi secara
umum berisi tiga komponen (element of technology) dan obyek teknologi (objects
of techology). Tiga komponen teknologi terdiri dari:
- Perangkat
keras (technical hardware), yaitu konfigurasi spesifik dari mesin
dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan barang atau menyediakan
jasa
- pengetahuan
(know-how) yaitu pengalaman, ketrampilan, perilaku, pendidikan dan
pelatihan, pengetahuan tacit
- organisasi
(organization) yaitu teknik managerial yang digunakan untuk mengkaitkan perangkat keras (hardware)
dan pengetahuan (know-how).
Pengembangan teknologi (technology development) merupakan seluruh rangkaian proses penemuan (invention), inovasi (innovation), dan difusi (diffusion) teknologi. Kemajuan teknologi merupakan kekuatan pendorong dalam pembangunan untuk kepentingan manusia di dunia ini. Era digital yang terjadi saat ini merupakan dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT, Information and Communication Technologies). Sebuah skema proses Pengembangan Teknologi (Technology Development) dapat dilihat dalam Gambar 1.
Gambar 1. Proses Pengembangan Teknologi (Technology Development).
Dalam bahasan kali ini difokuskan pada tahapan dan karakteristik yang harus kita pahami dalam sebuah Pengembangan Teknologi (Technology Development). Pemahaman ini menjadi sangat penting bagi para pelaku maupun manajemen atas dari sebuah lembaga penelitian maupun perguruan tinggi. Penjelasan tahapan dan karakteristik Pengembangan Teknologi (Technology Development) dapat ditelaah dalam tulisan di sub bab dibawah ini.
Tahapan dan Karakteristik Dalam Pengembangan Teknologi (Technology Development)
Tahap pengembangan teknologi (technology development) merupakan tahap
yang bertujuan untuk mewujudkan ide inovatif menjadi purwarupa (prototype) melalui aktivitas penelitian
dan pengembangan.
Pada umumnya keberhasilan suatu proses
inovasi ditentukan oleh keberhasilan
pada tahap penelitian dan pengembangan. Tahap penelitian dan
pengembangan merupakan jalan panjang dan terjal yang harus dilalui oleh para
peneliti dan perekayasa untuk mendapatkan produk hasil penelitian dan
pengembangan yang diharapkan dapat diterima oleh pasar dengan baik (lihat Gambar 2 dan Gambar 3).
Gambar 2. Jalan mewujudkan ide inovatif menjadi produk
inovasi.
Gambar 3. Valley of death.
Gambar 4.Korelasi pengembangan teknologi dengan TRL.
Dalam wewujudkan ide inovatif menjadi purwarupa
(prototype)yang komersial umumnya
melalui 3 (tiga) jurang kematian (valley
of death), yaitu:
1) Sungai iblis (devil’s river).Tahap untuk membuktikan
bahwa ide inovatif memenuhi kelayakan ilmiah (scientific feasibility) melalui aktivitas penelitian menjadi
penentu apakah ide inovatif layak atau tidak menuju fase pengembangan. Apabila
ide inovatif tidak layak secara ilmiah, maka akan jatuh ke dalam “sungai iblis”
ini yang berarti gagal menuju pengembangan teknologi. Kelayakan ilmiah (scientific feasibility) suatu ide
inovatif setara dengan TRL 3 (lihat Gambar 4).
2) Lembah Kematian (valley of Death). Apabila ide inovatif memenuhi kelayakan ilmiah (scientific feasibility), maka dapat
dilanjutkan ke tahap pengembangan. Pada tahap pengembangan ini membuktikan
kelayakan teknis (engineering
feasibility) suatu teknologi melalui pengujian dan validasi komponen hingga
purwarupa (prototype). Apabila tidak
berhasil lolos pengujian dan validasi, maka akan jatuh pada lembah kematian (valley of death) yang berarti tidak
layak secara teknis untuk dimanfaatkan oleh pengguna akhir. Apabila dipaksakan
maka ada risiko teknis yang ditanggung oleh pengguna akhir. Kelayakan teknis (engineering feasibility) sebuah purwarupa
(prototype) setara dengan TRL 6
(lihat Gambar 4).
3) Laut Darwin (Darwinian Sea). Apabila lolos dari
lembah kematian (valley of death),
maka produk hasil R&D ini harus melalui tahap transisi dari invensi menuju inovasi. Tahap transisi ini merupakan
perjuangan untuk mewujudkan invensi menjadi inovasi, maka pada tahap ini
dibutuhkan inkubasi bisnis dari lembaga inkubator bisnis. Apabila mampu lolos
dari Darwinian Sea, artinya layak
secara ekonomi (economic feasibility),
yang setara dengan TRL 9 (lihat Gambar
4). Namun demikian, tahap ini merupakan awal menuju kompetisi di pasar,
masih membutuhkan bukti secara bisnis memiliki keberlanjutan.
Gambar 5. Karakteristik
permasalahan pada pengembangan teknologi di TRL 5 s/d TRL9.
Karakteristik permasalahan pada
pengembangan teknologi di TRL 5 s/d TRL9 dapat dilihat dalam Gambar 5, dengan penjelasan sebagai
berikut:
1) Pada
TRL 5/6 s/d 6/7 permasalahan utamanya pada teknologi, kemudian secara berurutan
adalah permasalahan manufaktur, marketing & strategy, dan investment &
organisasi.
2) Pada
TRL 7 s/d TRL 7/8 permasalahan utamanya pada manufaktur, selanjutan secara
berurutan teknologi, marketing & strategy, dan investment & organisasi.
3) Pada
TRL 8 s/d TRL 8/9 permasalahan utama bergeser pada marketing & strategy,
selanjutan secara berurutan manufaktur, teknologi, dan investment &
organisasi.
Gambar 6. Karakteristik kompleksitas, risiko, dan biaya
pada pengembangan teknologi.
Jika dilihat dari karakteristik
kompleksitas, risiko, dan biaya dalam pengembangan teknologi ditunjukkan dalam Gambar 6. Penjelasan karakteristik
kompleksitas, risiko, dan biaya dalam pengembangan teknologi sebagai berikut:
1) Setelah TRL 4, maka kebutuhan biaya meningkat dalam rangka memperoleh prototype (purwarupa)
industri. Sehingga jika manajemen atas sebuah lembaga penelitian dan pengembangan yang melakukan keputusan pengurangan anggaran dengan melihat TRL sudah melewati TRL 4, maka keputusan ini menunjukkan bahwa manajemen atas yang bersangkutan tidak memahami karakteristik dalam pengembangan sebuah teknologi.
2) Setelah TRL 5, kompleksitas
dalam pengembangan teknologi meningkat, karena tidak hanya permasalahan
teknologi saja yang dihadapi, tetapi juga permasalahan lain seperti manufaktur,
marketing & strategi, investasi & organisasi. Pada kondisi ini pengembangan teknologi tidak lagi hanya fokus pada aspek teknologi saja, tetapi harus sudah memperhatikan aspek-aspek lain yang menjadi variabel keberhasilan produk teknologi yang dikembangkan untuk diterima pasar secara luas. Oleh karena itu, dalam sebuah inovasi produk minimal harus mencakup beberapa inovasi, yaitu:
- Functional Innovation, yaitu inovasi yang dilakukan dengan pendekatan terpadu untuk ide kreatif dan pemecahan masalah yang menggabungkan aspek dari beberapa ide dan teknik pemecahan masalah. Inovasi fungsional mencakup Product integrity, ergonomic, user interface, dan lainnya.
- Emotional Innovation, yaitu inovasi yang mengupayakan tumbuhnya keberterimaan produk inovasi di pasar. Inovasi emosional mencakup Brand identity, relationship, dan promotion.
- Process Innovation, yaitu inovasi yang mencakup perubahan peralatan dan teknologi yang digunakan dalam manufaktur (termasuk perangkat lunak yang digunakan dalam desain dan pengembangan produk), peningkatan alat, teknik, dan solusi perangkat lunak yang digunakan untuk membantu rantai pasokan dan sistem pengiriman, perubahan alat yang digunakan untuk menjual dan memelihara barang Anda, serta metode yang digunakan untuk akuntansi dan layanan pelanggan. Inovasi proses ini mencakup Productivity & Quality.
3) Setelah TRL 6, risiko
meningkat karena tidak hanya risiko teknologi yang dihadapi, tetapi juga
risiko bisnis, risiko produk, risiko proses, dan risiko proyek. Pada kondisi ini justru merupakan tahapan yang kritikal untuk keberhasilan pengembangan teknologi, jika terjadi kegagalan pada tahap ini maka yang terjadi adalah "mati sebelum berkembang", jatuh pada "lembah kematian". Telah banyak contoh produk hasil riset dan inovasi yang masuk ke "lembah kematian" seperti pesawat N-250, Windows Phone, Oculus Rift, Google Glass, Fire Phone, Apple Pippin, dan inovasi produk gagal lainnya.
Contoh kompleksitas, risiko, dan biaya
dapat diperlihatkan dalam pengembangan obat-obatan, lihat Gambar 7. Untuk mendapatkan obat-obatan dibutuhkan waktu 9 s/d 17
tahun, dengan biaya kurang lebih USD 6000 s/d USD 1 juta, dan probabilitas
keberhasilan sekitar 1 : 21.677.
Gambar 7.
Contoh
pengembangan obat-obatan di Jepang (sumber: Katayama, Kyushu University).
Gambar 8.Contoh tahapan
pengembangan teknologi menuju industrialisasi.
Contoh tahapan pengembangan teknologi
menuju industrialisasi dapat dilihat dalam Gambar 8. Berdasar gambar tersebut ditunjukkan bahwa pembiayaan akan semakin
meningkat pada kondisi diatas TRL 4. Dengan demikian, pada pengembangan
teknologi sampai dengan komersialisasi dibutuhkan pembiayaan yang tidak kecil.
Komersialisasi Hasil
Penelitian dan Pengembangan
Pada
umumnya introduksi produk baru hasil penelitian dan pengembangan gagal di pasar
karena hal berikut:
1.
tidak memiliki keunggulan bersaing, gagal memuaskan
kebutuhan konsumen,
dan juga gagal membedakan diri secara
signifikan dengan produk kompetitor.
2. lemah di tahap awal pengembangan produk, akibatnya startup atau
perusahaan tidak memiliki informasi yang memadai mengenai studi kelayakan
pengembangan produk baru dan konsep produk baru yang unggul.
3. kurang mendapat masukan dan wawasan dari konsumen, sebagai akibatnya produk
baru yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
4.
spesifikasi produk tidak stabil dan lamban dalam
penentuan definisi produk.Hal
ini bisa disebabkan oleh tim proyek kurang memiliki informasi yang
lengkap di awal proses, sehingga sering terpengaruh oleh informasi baru.
5.
startup
atau perusahaan tidak fokus, hal
terjadi di antaranya karena perusahaan tidak memperhitungkan ketersediaan
sumberdaya yang ada ketika memutuskan untuk menjalankan proyek, akibatnya
kualitas produk baru menjadi buruk.
6. kurangnya kompetensi, keterampilan dan pengetahuan
anggota tim R&D,
sehingga menyulitkan pelaksanaan proyek pengembangan produk baru.
7. tidak
memiliki kemampuan finansial untuk transformasi ide menjadi invensi, invensi
menjadi inovasi, serta inovasi yang diterima secara luas oleh pasar.
Alasan-alasan tersebut diatas
kemungkinan menjadi penyebab tingkat keberhasilan transformasi invensi menjadi
inovasi relatif kecil, seperti yang dinyatakan oleh Frank
H. Maier (1998) dalam Gambar 9.
Sebagai contoh, di USA, dari 100 ribu invensi terdapat 50 ribu patent yang
gagal di pasar dan 25 ribu yang berhasil menjadi lisensi, dan dari 25 ribu
lisensi hanya 250 yang sukses sebagai startup company.
Gambar 9. Tingkat keberhasilan invensi yang dihasilkan
perguruan tinggi di pasar
(Sumber: Frank H. Maier, 1998).
Kebanyakan invensi
masih cenderung technology push, dan lemah dalam wawasan pasar.
Kebanyakan invensi tidak jelas pasar
yang dituju, serta tidak
memahami kebutuhan pasarnya. Produk baru yang dilepas ke pasar tidak memiliki keunggulan bersaing, gagal
memuaskan kebutuhan konsumen, dan juga gagal membedakan diri secara signifikan dengan produk kompetitor.
Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh CB Insights dalam The Top 20 Reasons
Startups Fail (lihat Gambar
10).
Gambar 10. Duapuluh alasan mengapa startup gagal.
Berdasarkan pooling dari CB Insights diperoleh hasil bahwa startup gagal
disebabkan oleh tidak ada kebutuhan pasar sebesar 42%. Hal ini disebabkan
kurangnya riset pasar sebagai pendukung dalam pengembangan ide inovasi.
Beberapa alasan lain yang berkaitan dengan riset pasar adalah kompetisi,
masalah harga/biaya, produk yang buruk, butuh/kekuarang model bisnis, produk
salah waktunya, pivot (perubahan strategi) menjadi buruk, dan penentuan
lokasi yang buruk.Eric Ries mengatakan bahwa “if we do not know who the
customer is, we do not know quality is”. Apa yang dikatakan oleh Eric Ries ini
sesuai dengan hasil riset CB Insights, apabila tidak memahami apa yang
dibutuhkan oleh calon pelanggan maka tingkat keberterimaannya juga akan menjadi
relatif kecil.
Dengan beberapa
fakta diatas maka ternyata sebuah produk inovasi harus diawali dengan ideasi
yang benar. Pada umumnya ideasi yang digunakan di lingkungan komunitas startup
(misal: airbnb, uber, dll) maupun perusahaan terkemuka (misal: apple, IBM,
google, dll) menggunakan Design Thinking yang dipadukan dengan Bisnis
Model Kanvas (Business Model Canvas).
Seperti yang telah
dibahas dalam sub bab Design Thinking dalam blog ini, pada hakekatnya Design
Thinking merupakan suatu inovasi dengan pendekatan berbasis desain yang membantu
organisasi mengidentifikasi, mendefinisikan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi
oleh pelanggannya dan pemangku kepentingan lainnya (lihat Gambar
11).
Gambar 11. Pendekatan design thinking.
Jika melihat Gambar 11, maka unsur manusia dalam inovasi menjadi sepenting unsur
teknologi dan bisnis. Persentuhan unsur manusia dengan unsur teknologi akan
memunculkan inovasi fungsional (functional
innovation), misalnya transformasi mesin ketik menuju personal computer. Persentuhan unsur manusia dengan unsur bisnis
akan memunculkan inovasi emosional (emotional
innovation), misalnya munculnya brand Go Jek, Bukalapak, Tokopedia, dll.
Persentuhan unsur bisnis dengan unsur teknologi akan memunculkan inovasi proses
(process innovation), misalnya proses
bisnis ojek online, proses bisnis pembayaran melalui fintech (financial technology), dll.
Oleh karenanya, keberhasilan
komersialisasi sebuah produk inovasi haruslah merupakan kombinasi dari ketiga
bentuk inovasi tersebut, yaitu inovasi fungsional (functional innovation), inovasi emosional (emotional innovation), dan inovasi proses (process innovation). Artinya dalam sebuah inovasi akan selalu akan
membutuhkan ketiga inovasi tersebut, tidak hanya sekedar inovasi teknologi yang
tidak memperhatikan unsur manusia yang menjadi pengguna akhirnya.
Menurut Kuczmarski (1992), sebelum
tahap komersialisasi harus dilakukan market
testing, yaitu pengujian kinerja produk, penerimaan konsumen dan pasar. Uji
coba pasar (market test) untuk
menentukan apakah produk baru ini akan berjalan dan perubahan apa yang
diperlukan nantinya ketika produk akan diluncurkan. Melalui tahapan ini maka
perusahaan akan mampu menyesuaikan target pasar, kemasan, harga, periklanan,
dan dimana produknya harus ditempatkan. Tahap ini juga membutuhkan waktu dan
biaya.
Tahap komersialisasi menurut
Kuczmarski (1992) merupakan pengembangan rencana peluncuran dan komersialisasi
produk baru. Penentuan waktu, koordinasi, perencanaan, dan komunikasi merupakan
hal yang mempengaruhi kesuksesan peluncuran produk. Tahap ini merupakan tahapan
di mana perusahaan harus memperkuat kemampuannya untuk memasarkan produk baru
sehingga konsumen terbujuk untuk membeli.
Penentuan target
pelanggan sangat penting dilakukan diawal, kemudian dilakukan identifikasi
kebutuhan pelanggan. Identifikasi kebutuhan
pelanggan bertujuan untuk membangun dan memvalidasi pengetahuan tentang ruang
masalah sebelum mulai merancang solusi melalui kegiatan riset dan inovasi.
Disamping itu, aga produk
inovasi yang diterima oleh pasar harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) UX (User
Experiences), yaitu sebagai alat untuk
memastikan kepuasan konsumen. User experience
(UX) adalah proses pengalaman pengguna yang dilakukan saat interaksi dengan
produk suatu aplikasi. UX
sendiri sangat berhubungan dengan yang namanya UI (User Interface).
Tujuan dari UX adalah untuk
memberikan kemudahan bagi pengguna saat menggunakan berbagai fitur pada produk
digital yang ada.
b) Feature Set, yaitu membantu mengkomunikasikan visi produk anda
kepada pelanggan. Feature Set
merupakan sebuah taktikyang digunakan untuk mengurangi waktu pengembangan
(khususnya pada saat impelemtasi) yang dapat terbuang sia-sia. Minimum feature set juga
berperan untuk mempercepat waktu perilisan untuk sampai pada tangan customer visioner, atau yang biasa disebut sebagai
Earlyvangelists.
Kedua hal ini mendukung inti dari mengembangkan MVP (Market Value
Proposition) itu sendiri, dimana kita membuat produk yang memiliki kegunaan utama yang tepat dan merilis
produk lebih cepat, sehingga mendapat feedback lebih awal, dan belajar dari kesalahan lebih cepat
c) Value Proposition, yaitu nilai manfaat produk
atau layanan untuk memberikan alasan atau meringkas alasan mengapa konsumen
harus membeli produk atau menggunakan pelayanan jasa. Value proposition atau nilai manfaat
produk atau layanan merupakan acuan pada pernyataan bisnis atau pemasaran yang digunakan pelaku usaha untuk
memberikan alasan atau meringkas alasan mengapa konsumen harus membeli produk
atau menggunakan pelayanan jasa.
Agar produk hasil inovasi diterima pasar dengan baik, maka harus
ada kesesuaian antara produk dengan
kebutuhan pasar, yaitu melalui uji produk kepada target pasar, atau dikenal sebagai "Product - Market Fit". "Product-Market Fit" adalah upaya penyempurnaan produk dan model bisnis dalam peningkatan kecocokan atau loyalitas atau retensi pengguna terhadap produk, sebelum startup masuk tahap ekspansi pasar.
Gambar 12. Product - Market Fit.
"Product-market
fit" dapat digambarkan sebagai sebuah skenario di mana seorang konsumen
melakukan pembelian, menggunakan, memberitahu orang lain tentang produk yang
digunakan dalam jumlah yang cukup besar, sehingga perusahaan tersebut bisa
tetap tumbuh dan mendapatkan benefit dari produk.
Adanya
"product-market fit" ini dirasa cukup penting bagi perusahaan terutama startup,
mengapa? Hal ini karena kita tidak akan tahu apakah produk yang digunakan
tersebut bisa membantu mengatasi masalah yang diperlukan di pasar. Ketika kita
tidak melakukan "product-market fit", maka kemungkinan kita akan tetap menjalankan atau
melakukan penjualan produk tanpa tahu apakah produk atau layanan tersebut
memang dibutuhkan atau tidak. Secara langsung hal ini sudah pasti bisa
menyebabkan kerugian karena kita secara terus mengeluarkan uang namun tidak
terlalu menghasilkan laba.
Kebanyakan
produk inovasi tidak didukung oleh model
bisnis yang memadai. Perubahan model bisnis dituntut karena terjadinya
perubahan dalam tren industri. Inovasi
model bisnis merupakan inovasi yang
kompleks dan sulit diterapkan satu dan lain. Sulit karena ada banyak hal
memerlukan perubahan menyeluruh yang bersinggungan dengan orang-orang di
organisasi perusahaan maupun secara eksternal.
Gambar 13. Faktor keberhasilan dalam bisnis.
John Vyge mengatakan: “Suatu produk adalah pusat dari
suatu model bisnis, tetapi itu bukanlah bisnis itu sendiri. Ia tak dapat berhasil
tanpa model bisnis yang hebat”. Dibutuhkan
lebih banyak untuk memulai bisnis yang sukses daripada sekadar ide bagus untuk
produk atau layanan baru. Sebagian besar model bisnis yang salah dapat
menenggelamkan bahkan ide baru yang terbaik. Model bisnis terbukti menjadi salah satu faktor untuk keberhasilan sebuah bisnis rintisan maupun bisnis yang eksisting (lihat Gambar 13). Oleh karena itu, calon wirausahawan
dan pemilik usaha kecil harus mempelajari bagaimana mengubah ide produk atau
layanan mereka menjadi bisnis yang menguntungkan di dunia nyata.
Video Product-Market Fit:
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=cVpwZROAbd0
Referensi:
CV Penulis: https://drive.google.com/file/d/1LwXWQDGS8xVbAtKpV3_XOrELy3KAWS99/view?usp=sharing
Google Sholar Penulis
Link: https://scholar.google.com/citations?hl=id&view_op=list_works&gmla=AJsN-F6F3vEvezSjLOHk002jLjmGv6v_l42xK6WWNnVjYGiX98SWMB5eTGXY7EBmjzYMxqmPIIAHtZl0lil5k6tpaMdFgqJRmExXDdaEIJXKvSc6vp8OMJs&user=sSHR7sMAAAAJ